Pengusaha Sebut Banyak Sepatu Ngaku Merek Lokal Tapi Barangnya dari China

Jakarta – Industri alas kaki dalam negeri tengah menghadapi tantangan besar. Ketua Gabungan Pengusaha Industri Alas Kaki Nusantara (HIPAN), David Chalik, mengungkap bahwa banyak produk sepatu yang mengaku bermerek lokal, namun sebenarnya berasal dari China dan Vietnam.

Sepatu Impor China Tekan Harga dan Margin Lokal

Menurut David, derasnya arus sepatu impor China telah memukul produsen lokal. Harga produk impor yang jauh lebih murah membuat pelaku industri dalam negeri kesulitan bersaing di pasaran.

“Yang pertama adalah adanya tekanan impor dari China dan Vietnam yang mempengaruhi harga dan margin lokal kami, yang membuat kami jadi agak sulit bersaing,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Selain itu, maraknya sepatu impor ilegal yang masuk lewat berbagai jalur, termasuk melalui kegiatan thrifting, turut memperparah situasi. Produk lokal akhirnya kalah saing bukan karena kualitas, melainkan karena perbedaan harga yang sangat timpang.

Marak Sepatu Bermerek Lokal tapi Buatan China

David juga menyoroti fenomena di mana beberapa merek lokal justru mengambil produk dari pabrikan di luar negeri, khususnya dari China. Strategi ini dilakukan agar harga jual tetap kompetitif di pasar, namun di sisi lain menurunkan nilai tambah bagi industri dalam negeri.

“Sekarang banyak sepatunya mereknya lokal, tapi ambilnya dari China. Itu banyak sekali. Di HIPAN, kami wajibkan anggota untuk memproduksi di dalam negeri sebagai syarat menjadi anggota,” beber David.

Ia menegaskan bahwa HIPAN berkomitmen mendukung produksi dalam negeri agar industri alas kaki Indonesia bisa tumbuh berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja lokal yang stabil.

Industri Sepatu Lokal Hadapi Tantangan Teknologi dan Modal

Selain tekanan dari impor, industri sepatu nasional juga dihadapkan pada tantangan internal, seperti mesin produksi yang sudah tua dan kebutuhan peremajaan teknologi. Akses pembiayaan dari perbankan pun tidak mudah, karena banyak Industri Kecil Menengah (IKM) dianggap sebagai produsen besar padahal masih terbatas dari segi modal dan kapasitas.

David menjelaskan bahwa proses produksi sepatu melibatkan sekitar 30 komponen berbeda. Beberapa di antaranya tidak diproduksi di Indonesia, sehingga perlu diimpor. Namun, aturan larangan terbatas (lartas) membuat proses impor komponen menjadi sulit.

“Contohnya, sistem pengikat sepatu modern atau lay system tidak bisa kami masukkan karena dianggap sebagai kawat baja berdasarkan kode HS. Padahal itu hanya komponen kecil dalam sepatu,” ujarnya.

Pemerintah Didorong Permudah Akses Produksi Lokal

HIPAN berharap pemerintah memberikan dukungan nyata terhadap industri alas kaki nasional, termasuk kemudahan akses bahan baku dan pembiayaan. Menurut David, langkah tersebut penting agar produsen lokal dapat bersaing secara sehat dengan produk impor.

  • Perlu sinergi antara pemerintah dan pengusaha untuk memperkuat industri alas kaki nasional
  • Pengetatan pengawasan impor ilegal dan thrifting
  • Insentif fiskal untuk pabrikan lokal yang berkomitmen produksi di dalam negeri
  • Peremajaan mesin dan modernisasi teknologi produksi

Kesimpulan: Fenomena sepatu bermerek lokal tapi buatan China menjadi alarm bagi industri dalam negeri. Diperlukan kebijakan yang adil dan dukungan pemerintah agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar bagi produk impor, tetapi juga pusat produksi alas kaki yang berdaya saing tinggi.

By 0nl6l

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *