2 Tawanan Perang Korea Utara di Ukraina Memohon untuk Dibawa ke Korea Selatan
Jakarta – Dua tawanan perang asal Korea Utara yang ditahan di Ukraina memohon agar mereka dapat tinggal di Korea Selatan. Kedua tawanan tersebut sebelumnya ditangkap oleh pasukan Ukraina setelah ikut bertempur di pihak Rusia dalam perang Rusia-Ukraina.
Latar Belakang: Tentara Korea Utara Dikirim ke Perang Rusia-Ukraina
Menurut laporan AFP yang dikutip pada Minggu (2/11/2025), sekitar 10.000 tentara Korea Utara dikirim pada tahun 2024 untuk membantu Rusia dalam konflik melawan Ukraina. Informasi ini dikonfirmasi oleh badan intelijen Korea Selatan dan sumber-sumber Barat yang menilai adanya dukungan militer langsung dari Pyongyang kepada Moskow.
Permintaan Tawanan Perang: Ingin Dibawa ke Korea Selatan
Kedua tawanan perang tersebut menyampaikan keinginannya dalam wawancara eksklusif yang difasilitasi oleh organisasi Gyeore-eol Nation United. Kepala organisasi, Jang Se-yul, mengatakan bahwa para tawanan memohon agar dapat dibawa ke Korea Selatan setelah wawancara berlangsung.
“Mereka memohon kepada pewawancara untuk berjanji akan kembali dan membawa mereka ke Korea Selatan,” ujar Jang, yang juga merupakan pembelot dari Korea Utara.
Reaksi dan Sikap Pemerintah Korea Selatan
Berdasarkan konstitusi Korea Selatan, seluruh warga Korea, termasuk yang berada di wilayah Korea Utara, dianggap sebagai warga negara Korea Selatan. Dengan demikian, pemerintah Seoul memiliki dasar hukum untuk menerima para tawanan tersebut sebagai warga negara.
Video wawancara kedua tawanan itu belum dipublikasikan ke publik, tetapi diperkirakan akan dirilis dalam beberapa minggu mendatang. Dalam foto yang dirilis organisasi Jang, terlihat salah satu tawanan tengah membaca surat dari para pembelot Korea Utara yang kini tinggal di Korea Selatan.
Tantangan dan Risiko bagi Para Tawanan Perang
Menurut Dinas Intelijen Korea Selatan, tentara Korea Utara diperintahkan untuk bunuh diri ketimbang ditangkap musuh. Beberapa laporan menyebutkan bahwa sejumlah tentara bahkan meledakkan diri menggunakan granat agar tidak ditawan.
Anggota parlemen Korea Selatan, Yu Yong-weon, menyebut bahwa memulangkan tawanan ke Korea Utara sama saja dengan menjatuhkan hukuman mati bagi mereka. “Mengirim kembali para tentara ke Korea Utara pada dasarnya akan menjadi hukuman mati,” tegas Yu.
Kesimpulan
Kisah dua tawanan perang Korea Utara ini membuka mata dunia tentang kondisi keras di bawah rezim Pyongyang dan penderitaan prajurit yang terjebak dalam konflik global. Kini, harapan mereka untuk hidup bebas di Korea Selatan menjadi simbol kemanusiaan yang melampaui batas ideologi dan politik.